Rabu, 08 April 2009

Bab II - Methodologi of Qualitative

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1. Definisi Ilmu Komunikasi

Menurut Berger dan Chaffee dalam buku mereka Handbook of Communication Science terbitan tahun 1987, dikutip oleh Sendjaja (2005 : 1.9-1.10) mangatakan bahwa ilmu komunikasi adalah “suatu pengamatan terhadap produksi , proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.”

2.2 Komunikasi

2.2.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi, menurut Berelson dan Steiner dalam Sendjaja (2005 : 1.21) adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain.

Menurut pakar lain, Hoben, dalam Sendjaja (2005 : 1.20), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal.

Lain halnya menurut Gode dalam Sendjaja (2005 : 1.21) komunikasi merupakan suatu proses yang membuat sesuatu dari semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

Jadi, dari berbagai hasil menurut para pakar di atas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi berupa simbol atau lambang, baik secara verbal maupun non-verbal dengan atau tanpa media dari pihak yang satu ke pihak yang lain.

2.2.2. Unsur-Unsur Komunikasi

Yang termasuk dalam unsur-unsur komunikasi adalah :

1. Sumber (source): pembuat atau pengirim pesan.

2. Pesan (message): sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.

3. Media (channel): alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber ke penerima.

4. Penerima (receiver): pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.

5. Pengaruh (effect): perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

6. Tanggapan baik (feedback): salah satu bentuk dari pengaruh yang berasal dari penerima.

7. Lingkungan (environment): faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi jalannya komunikasi (Cangara, 2004 : 23).

2.2.3. Model Komunikasi

Model komunikasi massa Schramm merupakan salah satu bentuk dari komunikasi sirkuler yang ditandai dengan adanya unsur feedback. Maksudnya adalah proses komunikasi tidak berawal dari satu titik dan berakhir pada titik yang lain, melainkan proses komunikasi itu berbalik satu lingkaran penuh.

Komunikasi massa Schramm adalah pengembangan dari model sirkuler Osgood dan Schramm. Perbedaan dua model ini adalah model lingkaran (sirkuler) dan Schramm menggambarkan komunikasi antar pribadi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan.

Di dalam organisasi Schramm terdapat tiga proses penting dalam berkomunikasi, antara lain:

  1. Decoding, yaitu fungsi menerima dan merubah pesan tersebut menjadi arti.

  1. Interpreting, yaitu fungsi menerjemahkan atau mengartikan / mengolah pesan.

  1. Encoding, yaitu memancarkan / mengubah pesan menjadi bentuk bahasa / kode untuk disampaikan pada audiens (Soehoet, 2002 : 20-21).

Kaitan model komunikasi massa Schramm dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini berada pada area yang menggambarkan komunikasi antara satu media massa dengan mass audience.

2.2.4. Fungsi Komunikasi

Menurut Maslow, fungsi dari komunikasi adalah:

1. to inform: berfungsi sebagai penyebar informasi bagi para penerima informasi (komunikan) melalui proses komunikasi, ditandai dengan reaksi penerima setelah mendapatkan informasi sehingga memberikan tanggapan yang baik.

2. to educate: mendidik, komunikasi dapat membuat pengalihan ilmu pengetahuan sehingga dapat mendorong perkembangan intelektual dan kepribadian seseorang.

3. to entertain: komunikasi berfungsi sebagai hiburan, bahwa komunikasi memberikan hiburan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi para penerima pesan.

4. to influence: komunikasi berfungsi untuk mempengaruhi penerima pesan, karena adanya penyampaian pesan sehingga penerima pesan dapat terpengaruh pemikiran atau tingkah lakunya setelah menerima pesan dari pengirim pesan (Effendy, 2003 : 31).

2.3. Komunikasi Massa

2.3.1. Definisi Komunikasi Massa

Gerbner (1967) mendefinisikan komunikasi massa sebagai:

“ Mass Communication is the technologically and institutionally based production of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies.” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling dimiliki orang dalam masyarakat industri)” (Komala & Ardianto, 2005 : 3-4).

‘Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.’ (Komala & Ardianto, 2005 : 4).

“Menurut Jalaluddin Rakhmat, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak tersebar heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan diterima secara cepat dan serentak.” (Wiryanto, 2004 : 20-24).

Jadi, dapat disimpulkan dan disederhanakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan atau disampaikan dengan menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik.

2.3.2. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi:

1. Fungsi pengawasan

Media massa merupakan medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya.

2. Fungsi social learning

Fungsi utama komunikasi massa melalui media massa dalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.

3. Fungsi penyampaian informasi

Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan ke masyarakat luas melalui media massa dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi transformasi budaya

Komunikasi massa bersama-sama dengan semua komponennya dalam budaya global telah memainkan peranan penting dalam proses transformasi budaya di suatu negara.

5. Hiburan

Karena komunikasi massa menggunakan media massa sebagai mediumnya, maka fungsi-fungsi hiburan yang terdapat dalam media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa (Bungin, 2007 : 78).

2.4. Media Massa

2.4.1. Definisi Media Massa

“Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumberkepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi” (Cangara, 2004 : 134-135).

Untuk itu, media massa biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan khalayak yang banyak jumlahnya dan tempatnya tersebar luas karena dianggap lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan. Namun komunikasi dengan menggunakan media massa biasanya bersifat satu arah saja.

Media massa secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

  1. Media massa cetak

Diantaranya meliputi surat kabar, majalah, tabloid, dan buletin.

  1. Media massa elektronik

Menacakup media massa audio (suara) seperti radio, dan media massa visual (gambar) yaitu televisi dan film (Sendjaja, 1999 : 59).

2.4.2. Peran Media Massa

Peran media massa menurut Subiakto seperti dikutip oleh Bungin (2007 : 85), adalah:

  1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi.

  1. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi yang terbuka, jujur, dan benar kepada masyarakat.

  1. Sebagai media hiburan dan agent of change. Dalam hal ini media juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong budaya dan katalisator perkembangan budaya. Dengan demikian, media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang merusak masyarakat dan peradabannya (Bungin, 2007 : 85).

Effendy (2004 : 65) menambahkan peran / fungsi media massa, yakni fungsi empengaruhi. Surat kabar dapat mempengaruhi masyarakat pembacanya, sekaligus bebas melakukan social control terhadap pemerintah. Selain itu, fungsi mempengaruhi juga dapat ditemui lewat iklan-iklan di bidang perniagaan yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk membeli suatu barang yang diiklankan.

2.4.3. Karakteristik Media Massa

Karakteristik media massa adalah sebagai berikut:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, mulai dari penggumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilaksanakan ang kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Jika terjadi reaksi atau feedback, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas atau serempak, artinya dapat mngatasi rintangan waktu dan jarak, karena memiliki kecepatan, dimana informasi yang disajikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan internet.

5. Bersifat terbuka, atinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa (Cangara, 2005 : 122).

2.5. Televisi

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision yang mempunyai arti masing-masing jauh dan tampak (vision). Jadi televisi berarti melihat jarak jauh. Penemuan televisi tidak dapat dipisahkan dari penemuan dasar hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang memulai era komunikasi elektronik.

Sejarah televisi di Indonesia sendiri baru muali beroperasi tahun 1962 bertepaan dengan pembukaan Asian Games keempat di Jakarta oleh Presiden Soekarno. Kemudian tahun 1976 daya jangkau siarnya diperluas mencakup hampir seluruh wilayah kesatuan Indonesia, setelah Satelit Palapa diresmikan pemakaiannya oleh Presiden Soeharto.

2.6. Berita

2.6.1. Definisi Berita

Berbagai macam definisi berita menurut para ahli, diantaranya:

1. Willard G. Bleyer, berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu, ia dapat menarik, atau mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi pembaca surat kabar tersebut.

2. Eric C. Hepwood mengatakan berita dalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian umum.

3. William S. Maulsby menyebut berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang memounyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.

4. Dja’far H. Assegaff mengartikan berita sebagai laporang tentang fakta atau ide yang temasa dan dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa; karena penting atau akibatnya; karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan (Djuroto, 2002 : 47).

2.6.2. Ciri-Ciri Berita

1. Cepat, yakni aktual, atau ketepatan waktu. Dalam unsur ini terkandung makna harafiah berita (news), yakni sesuatu yang baru (new). Menurut Al Hester, “tulisan jurnalistik adalah tulisan yang memberi pemahaman pada pembaca atau informasi yang idak diketahui sebelumnya.”

2. Nyata (Factual), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement), sumber berita dalam unsur ini terkandung pula pengertian, sebuah berita harus merupakan informasi tentang sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya. “Seorang wartawan harus menulis apa saja yang sebenarnya”.

3. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya peristiwa yang akan mempengaruhi atau kan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainya.

4. Menarik, artinya menarik perhatian orang untuk membaca berita yang kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping yang aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang bersifat menghibur (lucu), mengandung keganjilan atau keanehan, atau berita human interest (menyentuh emosi, menggugah perasaan) (Romli, 2001 : 3-4).

2.6.3. Jenis-Jenis Berita

Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik antara lain:

1. Straight News: berita langsung, apa adanya ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita ini.

2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.

3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penilaian penulisnya atau reporter.

5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang. Biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya (Romli, 2001 : 8).

2.7. Masyarakat

2.7.1. Definisi Masyarakat

Istilah “masyarakat” merupakan terjemahan dari kata society (Inggris). Sedangkan istilah society berasal dari socious (Latin) yang berarti “kawan”

Dalam literatur ilmu-ilmu sosial , ada banyak definisi mengenai masyarakat. Beberapa di antaranya yang dikutip oleh Saptono & Bambang (2006 : 34-35) adalah sebagai berikut:

  1. Masyarakat adalah sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama, relatif independen dari orang-orang di luar wilayah itu, dan memiliki budaya yang relatif sama (Richard T. Schaefervdan Robert P. Lamm, 1998).

  1. Masyarakat adalah orang-orang yang beriteraksi dalam sebuah wilayah tertentu dan memiliki budaya bersama (John J. Macionis, 1997).

Menurut Soekanto (1990 : 171), masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya, tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.

2.7.3. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat

Beberapa unsur penting dari masyarakat, yaitu:

1. Adanya sekelompok manusia yang hidup bersama. Dalam hal ini, tidak dipersoalkan berapa jumlah manusia yang hidup bersama itu. Sedikitnya ada dua orang.

2. Kehidupan bersama tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Ungkapan “cukup lama” bukanlah sebuah ukuran angka. Melainkan, hendak menunjukkan bahwa kehidupan bersama tersebut tidak bersifat insidental dan spontan, namun dilakukan untuk jangka panjang.

3. Adanya kesadaran di antara anggota bahwa mereka merupakan satu kehidupan bersama. Dengan demikian, ada solidaritas di antara warga dari kelompok manusia tersebut.

4. Kelompok manusia tersebut merupakan sebuah kehidupan bersama. Maksudnya, mereka memiliki budaya bersama yang membuat anggota kelompok saling terikat satu sama lain (Saptono & Bambang, 2006 : 35).

2.8. Partai Politik

2.8.1. Definisi Partai Politik

Partai politik adalah alat yang paling ampuh bagi manusia untuk mencapai tujuan-tujuanpolitiknya. Dari urgensi partai politik inilah muncul pemeo dalam masyarakat, “politisi moderen tanpa partai politik sama dengan ikan yang berada di luar air” (Ma’arif,1983 : 1).

2.8.2. Fungsi Partai Politik

Berdasarkan kajian literatur yang ada setidaknya terdapat 5 fungsi dasar dari keberadaan partai politik, yaitu:

1. Fungsi Artikulasi Kepentingan: suatu proses penginputan berbagai kebutuhan, tuntutan, dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif, agar kepentingan, tuntutan dan kebutuhan kelompoknya dapat terlindungi dalam pembuatan kebijakan publik.

2. Fungsi Agregasi Kepentingan: merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi alternatif-alternatif pembuatan kebijakan publik.

3. Fungsi Sosialisasi Politik: cara untuk memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap-sikap dan etika politik yang berlaku atau yang dianut oleh suatu negara.

4. Fungsi Rekrutmen Politik: suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota-anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik.

5. Fungsi Komunikasi Politik: salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai politik dengan segala struktur yang tersedia, mengadakan komunikasi informasi, isu dan gagasan politik. (Putra, 2003 : 15-20).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar